2.1Pengertian
Masa nifas (postpartum/puerperium) berasal dari bahasa latin
yaitu dari kata “Puer” yang artinya bayi dan “Parous” yang berarti melahirkan.
Masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, biasanya berlangsung selama 6
minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan.
2.2Perubahan
Fisiologis Masa Nifas
Periode
pascapartum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Perubahan fisiologis pada
masa ini sangat jelas yang merupakan kebalikan dari proses kehamilan.Pada masa
nifas tejadi perubahan-perubahan fisiologis terutama pada alat-alat genitalia
eksterna maupun interna, dan akan berangsur-angsur pulih kembali seperti
keadaan sebelum hamil.
2.2.1
Perubahan system Reproduksi
A.
Uterus
1.
Pengerutan Rahim (involusi)
Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus
pada kondisi sebelum hamil. Dengan involusi uterus ini, lapisan luar dari
desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi neurotic (layu/mati).
Fundus Uteri
kira-kira sepusat dalam hari pertama bersalin. Penyusutan antara 1-1,5 cm atau
sekitar 1 jari per hari. Dalam 10-12 hari uterus tidak teraba lagi di abdomen
karena sudah masuk di bawah simfisis. Pada buku Keperawatan maternitas pada
hari ke-9 uterus sudah tidak terba.
Involusi
ligament uterus berangsur-angsur, pada awalnya cenderung miring ke belakang.
Kembali normal antefleksi dan posisi anteverted pada akhir minggu keenam.
Ligament-ligament uterus (obstetric fisiologis hal
59) :
a. Ligamentum latum
Berupa lipatan peritoneum sebelah lateral ka. Ki.
Dari pada uterus, meluas sampai ke dinding panggul dan dasar panggul, sehingga
seolah-olah menggantung pada tuba.
Ruangan antara kedua kembar dari lipatan ini terisi
oleh jaringan yang longgar, disebut :parametrium, dimana berjalan arteria, vena
uterine, pembuluh lympha dan ureter
b. Ligamentum Rotundum
Terdapat di bagian atas lateral dari uterus, caudal
dari insertie tuba, kedua ligament ini melalui canalis inguinalis ke bagian
cranial lab.majus.
Terdiri dari jaringa otot polos dan jaringan ikat
dan menahan uterus dalam anteflexie.
Pada waktu kehamilan mengalami hypertrophied dan
dapat diraba dengan pemeriksaan luar.
Pada
kehamilan kadang-kadang terasa sakit di daerah inguinal waktu berdiri cepat,
karena uterus berkontraksi kuat dan ligamentum rotundum menjadi kencang serta
mengadakan tarikan pada daerah inguinal. Pada persalinan pun teraba kencang dan
terasa sakit bila di pegang
c. Ligamentum infundibulo pelvicum
2 buah kiri dan kanan dari infundibulum dan ovarium
ke dinding panggul. Ligamentum ini menggantungkan uterus pada dinding panggul,
antara sudut tuba dan ovarium terdapat ligamentum ovarii proprium.
d. Ligamentum cardinale
Kiri kanan dari cerviks setinggi ostium uteri
internum ke dinding panggul. Menghalangi pergerakan ke kiri atau ke kanan.
e. Ligamentum sacro uterinum
Kiri kanan dari cerviks sebelah belakang ke sacrum
mengelilingi rectum.
f. Ligamentum vesico uterinum
Dari uterus ke kandung kencing
Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan
pemeriksaan palpasi untuk meraba dimana TFU-nya :
No.
|
Waktu
Involusi
|
Tinggi
Fundus Uteri
|
Berat Uterus
|
Diameter Uterus
|
Palpasi Serviks
|
||
1.
2.
3.
4.
5.
6.
|
Bayi Lahir
Plasenta lahir
1 Minggu
2 Minggu
6 Minggu
8 Minggu
|
Setinggi Pusat
Dua jari bawah pusat
Pertengahan pusat-simfisis
Tidak teraba di atas Simfisis
Bertambah kecil
Sebesar normal
|
1000 gram
750 gram
500 gram
350 gram
50 gram
30 gram
|
12,5 cm
12,5 cm
7,5 cm
5 cm
2,5 cm
|
Lunak
Lunak
2 cm
1 cm
menyempit
|
||
Perubahan ini berhubungan erat dengan perubahan
miometrium yang bersifat proteolisis.
Lapisan otot polos uterus di sebelah dalam berbentuk
sirkular dan disebelah luar berbentuk longitudinal. Di antara kedua lapisan itu
terdapat lapisan otot oblik, berbentuk anyaman. Lapisan ini paling penting
dalam persalinan oleh karena sesudah plasenta lahir, otot lapisan ini
berkontraksi kuat dan menjepit pembuluh-pembuluh darah yang terbuka ditempat
itu, sehingga perdarahan berhenti (sarwono,ilmu kebidanan hal 122).
Involusi uterus terjadi melalui 3 proses yang
bersamaan, antara lain :
a. Autolisis
Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri
yang terjadi di dalam otot uteri. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan
otot yang telah sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan 5
kali lebarnya dari sebelum hamil. Sitoplasma sel yang berlebihan tercerna
sendiri sehingga tertinggal jaringan fibro elastic dalam jumlah renik sebagai
bukti kehamilan.
b. Atrofi jaringan
Atrofi
adalah pengecilan atau penyusutan jaringan otot atau jaringan saraf. Jaringan
yang berproliferasi dengan adanya estrogen dalam jumlah besar, kemudian
mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap penghentian produksi estrogen yang
menyertai elepasan plasenta. Selain perubahan atrofi pada otot-otot uterus, lapisan desidua akan mengalami
atrofi dan terlepas dengan meninggalkan basal yang akan beregenerasi menjadi
endometrium yang baru. Endometrium adalah lapisan epitel yang melapisi rongga
rahim.
c. Efek oksitosin (kontraksi)
Intensitas
kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir, diduga
terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin yang sangat besar.
Hormon oksitosin yang yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan
mengatur kontraksi uterus, mengompresi pembuluh darah dan membantu proses
hemostatis. Kontraksi dan retraksi otot uterin akan mengurangi suplai darah ke
uterus. Proses ini akan membantu mengurangi bekas luka tempat implantasi
plasenta serta mengurangi perdarahan. Luka bekas perlekatan plasenta memerlukan
waktu 8 minggu untuk sembuh total.
Selama
1 sampai 2 jam pertama postpartum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan
menjadi teratur. Karena itu penting sekali menjaga dan mempertahankan kontraksi
uterus pada masa ini. Suntikan oksitosin biasanya diberikan secara intravena
atau intramuskuler segera setelah kepala bayi lahir. Pemberian ASI segera
setelah bayi lahir akan merangsang pelepasan oksitosin karena isapan bayi pada
payudara.
2.
Lokhea
Dengan adanya involusi uterus, maka
lapisan luar dari desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi
necrotic (layu/mati). Desidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan.
Campuran antara darah dan desidua tersebut dinamakan lokia, yang biasanya
berwarna merah muda atau putih pucat.
Lokhea
adalah ekskresi cairan dalam rahim selama masa nifas. Lokhea mengandung darah
dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus. Lokhea mempunyai
reaksi basa / alkalis yang dapat membuat organism berkembang lebih cepat dari
pada kondisi asama yang ada pada vagina normal. Lokhea berbau amis atau anyir
dengan volume yang berbeda-beda pada setiap wanita. Lokhea yang berbau tidak
sedap menandakan adanya infeksi, lokhea mempunyai perubahan warna dan volume
karena adanya proses involusi.
Pengeluaran lokia dapat dibagi
berdasarkan waktu dan warnanya, seperti pada tabel berikut ini:
Lokia
|
Waktu
|
Warna
|
Ciri-ciri
|
Rubra
|
1-3 hari
|
Merah kehitaman
|
Terdiri dari sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo,
sisa mekoneum dan sisa darah
|
Sanginolenta
|
3-7 hari
|
Putih bercampur merah
|
Sisa darah bercampur lendir
|
Serosa
|
7-14 hari
|
Kekuningan/ kecoklatan
|
Lebih sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri
dari leukosit dan robekan laserasi plasenta
|
Alba
|
>14 hari
|
Putih
|
Mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput
lendir serviks dan serabut jaringan yang mati.
|
Lokhea yang menetap pada awal
periode post partum menunjukkan adanya tanda-tanda perdarahan sekunder yang
mungkin disebabkan oleh tertinggalnya sisa atau selaput plasenta. Lokhea alba
atau serosa yang berlanjut dapat menandakan adanya endometritis, terutama bila
disertai dengan nyeri pada abdomen dan demam. Bila terjadi infeksi, akan keluar
cairan nanah barbau busuk yang disebut dengan “lokhea purulenta”. Pengeluaran
lokhea yang tidak lancer disebut dengan “lokhea statis”
Perlu diingat bahwa tidak semua
perdarahan pervaginam pascapartum lain ialah laserasi vagina atau serviks yang
tidak diperbaiki dan perdarahan bukan lokia.(Jurnal bidan diah, 11.46 pm)
LOKIA
|
BUKAN
LOKIA
|
Lokia
biasanya menetes dari muara vagina . Aliran darah tetap keluar dalam jumlah
yang lebih besar saat uterus berkontraksi.
|
Apabila
rabas darah menyembur dari vagina , kemungkinan terdapat robekan pada serviks
, atau vagina selain dari lokia yang normal
|
Semburan
lokia dapat terjadi akibat masasse pada uterus . Apabila lokia berwarna gelap
, maka lokia sebelumnya terkumpul di dalam vagina yang relaksasi dan
jumlahnya segera berkurang menjadi tetesan lokia berwarna merah terang ( pada
puerpurium dini ).
|
Apabila
jumlah darah berlebihan dan berwarna merah terang , suatu robekan dapat
merupakan penyebab.
|
3.
Perubahan Pada Serviks
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan . Delapan belas jam
pasca partum serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan
kembali ke bentuk semula. Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap edematosa
, tipis dan rapuh selama beberapa hari setelah ibu melahirkan . Ektoserviks (
bagian serviks yang menonjol ke vagina ) terlihat memar dan ada sedikit
laserasi kecil – kondisi yang optimal untuk perkembangan infeksi. .(Jurnal bidan diah, 11.46 pm)
Perubahan yang
terjadi pada serviks ialah bentuk serviks agak menganga seperti corong, segera
setelah bayi lahir. Bentuk ini disebabkan oleh corpus uteri yang dapat
mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-olah
pada perbatasan antara corpus dan serviks berbentuk semacam cincin
Serviks
berwarna merah keitam-hitaman karena penuh dengan pembuluh darah.konsistensinya
lunak, kadang-kadang terdapat laserasi atau perlukaan kecil. Karena robekan
kecil yang terjadi selama berdilatasi maka serviks tidak akan pernah kembali
lagi ke keadaan seperti sebelum hamil.
Muara serviks
yang berdilatasi sampai 10 cm sewaktu persalinan akan menutup secara perlahan
dan bertahap. Setelah bayi lahir, tangan dapat masuk ke dalam rongga rahim.
Setelah 2 jam, hanya dapat dimasuki 2-3 jari. Pada minggu ke 6 post partum,
serviks sudah menutup kembali.
Muara serviks eksterna tidak akan berbentuk lingkaran seperti sebelum
melahirkan , tetapi terlihat memanjang seperti suatu celah , sering disebut
seperti mulut ikan .Laktasi menunda produksi estrogen yang mempengaruhi mucus
dan mukosa. .(Jurnal bidan diah, 11.46 pm)
B.
Vulva dan Vagina
Vulva
dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang sangat besar selama proses
melahirkan bayi. Dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua
organ ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina
kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara
berangsur-angsur akan muncul kembali, sementara labia menjadi lebih menonjol.
Pada masa nifas, biasanya terdapat luka-luka jalan lahir. Luka
pada vagina umumnya tidak seberapa luas dan akan sembuh secara perpriman
(sembuh dengan sendirinya), kecuali apabila terdapat infeksi. Infeksi mungkin menyebabkan
sellulitis yang dapat menjalar sampai terjadi sepsis.
C.
Perinium
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur
karena sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada post
natal hari ke 5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian tonusnya.
Sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum hamil,
D.
Bagian Bekas Implantasi Plasenta
v Bekas
implantasi plasenta segera setelah plasenta lahir seluas 12 x 5 cm, permukaan
kasar, dimana pembuluh darah besar bermuara.
v Pada
pembuluh darah terjadi pembentukan trombosis disamping pembuluh darah tertutup
karena kontraksi otot rahim.
v Bekas
luka implantasi dengan cepat mengecil, pada minggu ke 2 sebesar 6-8 cm dan pada
akhir masa nifas sebesar 2 cm.
v Lapisan
endometrium dilepaskan dalam bentuk jaringan nekrosis bersama dengan lokia.
v Luka
bekas implantasi plasenta akan sembuh karena pertumbuhan endometrium yang
berasal dari tepi luka dan lapisan basalis endometrium.
v Luka
sembuh sempurna pada 6-8 minggu postpartum. (enyretna ambarwati,11.42pm)
E.
Sub Involusi (http://afifa08afa.blogspot.com
: 2.00 am)
1. Subinvolusi
uterus adalah
kegagalan uterus untuk mengikuti pola normal involusi/ proses involusi rahim
tidak berjalan sebagai semestinya sehingga proses pengecilan uterus terhambat.
Subinvolusi merupakan istilah yang dipergunakan untuk menunjukan kemunduran
yang terjadi pada setiap organ dan saluran reproduktif kadang lebih banyak
mengarah secara spesifik pada kemunduran uterus yang mengarah keukurannya.

Fundus uteri letaknya tetap tinggi
di dalam abdomen/pelvis dari yang seharusnya atau penurunan fundus uteri lambat
·
Konsistensi
utererus lembek
·
Pengeluaran lochea seringkali gagal berubah
·
Terdapat
bekuan darah
·
Lochea
berbau menyengat
·
Uterus
tidak berkontraksi
·
Pucat,
pusing dan tekanan darah rendah serta suhu tubuh tinggi

·
Terjadi infeksi pada miometrium
·
Terdapat
sisa plasenta dan selaput plasenta di dalam uterus
·
Lochea
rubra lebih dari 2 minggu postpartum dan pengeluarannya lebih banyak dari yang diperkirakan.

·
Pemberian
antibiotika
·
Pemberian
uterotonika
·
Pemberian
tablet Fe
2. Subinvolusi
tempat plasenta adalah kegagalan bekas tempat
implantasi untuk berubah

·
Tempat
implantasi masih meninggalkan parut dan menonjol
·
Perdarahan

·
Tali
pusat putus akibat dari traksi yang berlebihan
·
Inversio
uteri sebagai akibat tarikan
·
Tidak
ada regenerasi endometrium ditempat implantasi plasenta
·
Tidak
ada pertumbuhan kelenjar endometrium
3. Subinvolusi
ligament adalah kegagalan ligamen dan
diafragma pelvis fasia kembali seperti sedia kala

·
Ligamentum
rotundum masih kendor
·
Ligamen fasia dan jaringan penunjang serta
alat genitalia masih kendor

·
Terlalu
sering melahirkan
·
Faktor
umur
·
Ligamen fasia dan jaringan penunjang serta
alat genitalia sudah berkurang elastisitasnya.
4. Subinvolusi
Serviks adalah
kegagalan serviks berubah kebentuk semula seperti sebelum hamil

·
Konsistensi
serviks lembek
·
Perdarahan

·
Multi
paritas
·
Terjadi
ruptur saat persalinan
·
Lemahnya
elastisitas serviks
5. Subinvolusi
Lochea adalah tidak ada
perubahan pada konsistensi lochea.Seharusnya lochea berubah secara normal
sesuai dengan fase dan lamanya postpartum,

·
Perdarahan
tidak sesuai dengan fase
·
Darah
berbau menyengat
·
Perdarahan
·
Demam,
menggigil

·
Bekuan
darah pada serviks
·
Uterus
tidak berkontraksi
·
Posisi
ibu telentang sehingga menghambat darah nifas untuk keluar
·
Tidak
mobilisasi
·
Robekan
jalan lahir
·
Infeksi
6. Subinvolusi
Vulva dan Vagina adalah tidak kembalinya bentuk dan
konsistensi vulva dan vagina seperti semula setelah beberapa hari postpartus.

·
Vulva
dan vagina kemerahan
·
Terlihat
oedem
·
Konsistensi
lembek

·
Elastisitas
vulva dan vagina lemah
·
Infeksi
·
Terjadi
robekan vulva dan vagina saat partus
·
Ekstrasi
kuman
7. Subinvolusi
Perineum adalah tidak ada perubahan perineum setelah
beberapa hari persalinan

·
Perineum
terlihat kemerahan
·
Konsistensi
lembek
·
Oedem

·
Tonus
otot perineum sudah lemah
·
kurangnya elastisitas perineum
·
infeksi
·
pemotongan
benang catgut terlalu pendek pada saat laseralisasi sehingga jahitan perineum putus.
2.2.2
Perubahan system pencernaan
Setelah persalinan biasanya iu akan
mengalami konstipasi, karena pada waktu persalinan, alat pencernaan mengalami
tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong.pengeluaran cairan berlebih pada
waktu persalinan, kurangnya asupan cairan dan makanan, serta kurangnya
aktivitas tubuh.
Supaya buang air besar kembali
normal, dapat diatasi dengan diet tinggi serat, peningkatan asupan cairan dan
ambulasi awal. Bila ini tidak berhasil, dalam 2 -3 hari dapat diberikan obat
laksansia.
Selain konstipasi, ibu juga
mengalami anoreksia akibat penurunan dari sekresi kelenjar pencernaan, dan
mempengaruhi perubahan sekresi, serta penurunan kebutuhan kalori yang
menyebabkan kurang nafsu makan.
biasanya ibu merasa lapar sehingga diperbolehkan untuk
mengkonsumsi makanan. Pemulihan nafsu makan diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun
kadar progesteron menurun setelah melahirkan, asupan makanan juga
mengalami penurunan selama satu atau dua hari.
Secara
khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama
waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anastesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.
ibu
sering mengalami konstipasi. Hal ini disebabkan tonus otot usus
menurun selama proses persalinan dan awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan, dehidrasi, hemoroid ataupun laserasi jalan lahir. Sistem pencernaan pada masa nifas membutuhkan waktu untuk kembali normal.
Beberapa cara agar ibu dapat buang
air besar kembali teratur, antara lain:
2.2.3
Perubahan Sistem Perkemihan
Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu
akan sulit untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama. Kemungkinan penyebab
dari keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter dan edema leher kandung kemih
sesudah bagian ini mengalami kompresi (tekanan) antara kepala janin dan tulang
pubis selama persalinan berlangsung.
Urine dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam 12-36
jam post partum. Kadar hormone estrogen yang bersifat menahan air akan
mengalami penurunan yang mencolok. Uterus yang berdilatasi akan kembali normal
dalam 6 minggu.
2.2.4
Perubahan Sistem Muskuloskeletal
sistem
muskuloskeletal mengalami perubahan selama periode postpartum. Relaxin adalah
hormon yang bertanggung jawab untuk relaksasi dari ligamen dan sendi panggul
selama kehamilan. Setelah melahirkan, tingkat relaksin mereda dan ligamen
panggul dan sendi kembali ke pra-hamil negara mereka. Namun, sendi kaki tetap
diubah dan banyak klien melihat peningkatan permanen dalam ukuran sepatu
ligament-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang
meregang pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih
kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi
karena ligamentum rotundum menjadi kendor. Tidak jarang pula wanita mengeluh
“kandungannya turun” setel melahirkan karena ligament, fasia, jaringan
penunjang alat genetalia menjadi kendor. Stabilisasi secara sempurna terjadi
pada 6-8 minggu setelah persalinan.
Sebagai akibat putusnyaserat-serat
elastic kulit dan distensi yang berlangsung lama akibat besarnya uterus pada
waktu hamil, dinding abdomen masih agak lunak dan kendor untuk sementara waktu.
Untuk memulihkan kembalijaringan-jaringan penunjang alat genetalia,serta
otot=otot dinding perut dan dasar panggul,dianjurkan untuk melakukan
latihan-latihan tertentu. Pada 2 hari post partum, sudah dapat fisioterapi.
2.2.5
Perubahan Sistem Endokrin
1.
Hormone plasenta
Hormon
plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan, HCG menurun dengan cepat dan
menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke 7 post partum, dan sebagai onset
pemenuhan mamae pada hari ke 3 post partum.
2.
Hormone pituitary
Prolaktin
darah akan meningkat dengan cepat. Pada wanita yang tidak menyusui, prlaktin
akan menurun dalam waktu 2 minggu. FSH
dan LH akan meningkat pada fase konsentrasi folikuler (minggu ke 3) dan
LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.
3.
Hypotalamik pituitary ovarium
Lamanya
seorang wanita mendapa menstruasi juga dipengaruhi oleh factor menyusui.
Seringkali menstruasi pertama ini bersifat anovulasi karena rendahnya kadar
estrogen dan progesterone. Di antara wanita
laktasi sekitar 15 % memperoleh menstruasi selama 6 minggu dan 45% setelah 12
minggu dan 90% setelah 24 minggu. Untuk wanita laktasi 80% menstruasi pertama
anovulasi dan untuk wanita yang tidak laktasi 50% siklus pertama anovulasi.
4.
Kadar estrogen
Setelah
persalinan, terjadi penurunan kadar estrogen yang bermakna sehingga aktivitas
prolaktin yang juga sedang meningkat dapat mempengaruhi kelenjar mamae dalam
menghasilkan ASI.
Sistem endokrin mempunyai lima fungsi umum :
Ø Membedakan
sistem saraf dan sistem reproduktif pada janin yang sedang berkembang.
Ø Menstimulasi
urutan perkembangan
Ø Mengkoordinasi
sistem reproduktif
Ø Memelihara
lingkungan internal optimal
Ø Melakukan
respons korektif dan adaptif ketika terjadi situasi darurat
Organ utama dari sistem endokrin
adalah :
Ø Hipotalamus
Ø Kelenjar
hipofise
Ø Kelenjar
tiroid
Ø Kelenjar
paratiroid
Ø Pulau-pulau
pankreas
Ø Kelenjar
adrenal
Ø Skrotum
Ø Indung telur
2.2.6
Perubahan Tanda Vital
1.
Suhu badan
Dalam
1 hari (24jam) post partum,suhu badan akan naik (37,50-380
C) diakibatkan karena kelelahan, kehilangan cairan dan kerja keras sewatu
melahirkan. Pada hari ke 3 suhu badan akan naik karena adanya pembentukan ASI.
Payudara menjadi bengkak, dan berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila suhu
tidak turun, kemungkinan adanya infeksi pada endometrium (mastritis, tractus
genetalis, atau system lain.).
Kita anggap nifas terganggu
kalau ada demam lebih dari 38⁰C pada 2 hari
berturut-turut pada 10 hari yang pertama post partum,kecuali hari pertama dan
suhu harus diambil sekurang-kurangnya 4X sehari.
2.
Nadi
Denyut
nadi normal pada orang dewasa adalah 60-80 kali per menit. Denyut nadi setelah
melahirkan biasanya lebih cepat. Setiap denyut nadi yang melebihi 100 kali per
menit adalah abnormal dan menunjukkan kemungkinan adanya infeksi.
Bradichardi umumnya
ditemukan 6-8 jam pertama setelah persalinan. Bradichardi merupakan suatu
konsekuensi peningkatan cardiac out put & stroke volume. Nadi kembali
seperti keadaan sebelum hamil 3 bulan setelah persalinan. Nadi diantara 50-70x/
menit dianggap normal. Nadi yang cepat / > mungkin indikasi hipovolumia
sekunder dari perdarahan. (dwiwijayanti
:1.39)
3.
Pernapasan
Bila
suhu dan nadi tidak normal maka pernapasan juga akan mengikutinya, kecuali bila
ada gangguan khusus pada saluran pencernaan.
4.
Tekanan darah
Tekanan
darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan darah akan lebih rendah
setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada saat
post partum dapat menandakan terjadinya pre eklamsi post partum.
2.2.7
Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Selama kehamilan, volume darah normal digunakan
untuk menampung aliran darah yang meningkat, yang diperlukan oleh plasenta dan
pembuluh darah uteri. Penarikan kembali estrogen menyebabkan dieresis yang
terjadi secara cepat sehingga mengurangi volume plasma kembali pada proporsi
normal. Aliran ini terjadi dalam 2-4 jsm pertama setelah persalinan. Selama
massa ini ibu mengeluarkan banyak sekali urin. Pada persalinan, vagina
kehilangan darah sekitar 200-500 ml, sedangkan pada persalinan dengan SC,
pengeluaran dua kali lipatnya, perubahan terdiri dari volume darah dan kadar
Hmt (haematokrit).
Setelah persalinan shunt akan hilang dengan
tiba-tiba. Volume darah ibu relative akan bertambah. Keadaan ini akan
menyebabkan beban pada jantung dan akan menimbulkan decompensatio cordis pada
pasien dengan vitum cardio. Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme
kompensasi dengan tumbuhnya haemokonsentrasi sehingga volume darah kembali
seperti sediakala. Umumnya, ini terjadi pada 3-5 hari post partum.
2.2.8
Perubahan Sistem Hematologi
Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar
fibrinogen dan plasma, serta factor-faktor pembekuan darah makin meningkat.
Pada hari pertama post partum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit
menurun, tetapi darah akan mengental sehingga meningkatkan factor pembekuan
darah. Leukositosis yang meningkat dengan jumlah sel darah putih dapat mencapai
15.000 selama proses melahirkan akan tetap tinggi dalam beberapa hari post
partum. Jumlah sel darah tersebut masih tetap naik lagi sampai 25.000-30.000
tanpa adanya kondisi patologis jika mengalami persalinan lama.
Selama ke;ahiran dan post partum, teradi kehilangan
darah sekitar 200-500 ml. penurunan volume dan peningkatan Hmt dan Hb pada hari
ke 3 – 7 post partum, yang akan kembali normal dalam 4 – 5 minggu post partum.
Perubahan komponen darah
Pada masa nifas, terjadi perubahan komponen darah,
misalnya jumlah sel darah putih akan bertambah banyak. Jumlah sel darah merah
dan Hb akan berfluktuasi, namun dalam 1 minggu pasca persalinan biasanya semua
akan kembali pada keadaan semula. Curah jantung atau jumlah darah yang dipompa
oleh jantung akan tetap tinggi pada awal masa nifas dan dalam 2 minggu akan
kembali pada keadaan semula.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar