Rabu, 12 November 2014

perubahan fisiologi massa nifas


2.1Pengertian
Masa nifas (postpartum/puerperium) berasal dari bahasa latin yaitu dari kata “Puer” yang artinya bayi dan “Parous” yang berarti melahirkan. Masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, biasanya berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan.
2.2Perubahan Fisiologis Masa Nifas
Periode pascapartum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Perubahan fisiologis pada masa ini sangat jelas yang merupakan kebalikan dari proses kehamilan.Pada masa nifas tejadi perubahan-perubahan fisiologis terutama pada alat-alat genitalia eksterna maupun interna, dan akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil.

2.2.1    Perubahan system Reproduksi
A.   Uterus
1.      Pengerutan Rahim (involusi)
Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi sebelum hamil. Dengan involusi uterus ini, lapisan luar dari desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi neurotic (layu/mati).
Fundus Uteri kira-kira sepusat dalam hari pertama bersalin. Penyusutan antara 1-1,5 cm atau sekitar 1 jari per hari. Dalam 10-12 hari uterus tidak teraba lagi di abdomen karena sudah masuk di bawah simfisis. Pada buku Keperawatan maternitas pada hari ke-9 uterus sudah tidak terba.
Involusi ligament uterus berangsur-angsur, pada awalnya cenderung miring ke belakang. Kembali normal antefleksi dan posisi anteverted pada akhir minggu keenam.




Ligament-ligament uterus (obstetric fisiologis hal 59) :
a.       Ligamentum latum
Berupa lipatan peritoneum sebelah lateral ka. Ki. Dari pada uterus, meluas sampai ke dinding panggul dan dasar panggul, sehingga seolah-olah menggantung pada tuba.
Ruangan antara kedua kembar dari lipatan ini terisi oleh jaringan yang longgar, disebut :parametrium, dimana berjalan arteria, vena uterine, pembuluh lympha dan ureter

b.      Ligamentum Rotundum
Terdapat di bagian atas lateral dari uterus, caudal dari insertie tuba, kedua ligament ini melalui canalis inguinalis ke bagian cranial lab.majus.
Terdiri dari jaringa otot polos dan jaringan ikat dan menahan uterus dalam anteflexie.
Pada waktu kehamilan mengalami hypertrophied dan dapat diraba dengan pemeriksaan luar.
            Pada kehamilan kadang-kadang terasa sakit di daerah inguinal waktu berdiri cepat, karena uterus berkontraksi kuat dan ligamentum rotundum menjadi kencang serta mengadakan tarikan pada daerah inguinal. Pada persalinan pun teraba kencang dan terasa sakit bila di pegang

c.       Ligamentum infundibulo pelvicum
2 buah kiri dan kanan dari infundibulum dan ovarium ke dinding panggul. Ligamentum ini menggantungkan uterus pada dinding panggul, antara sudut tuba dan ovarium terdapat ligamentum ovarii proprium.

d.      Ligamentum cardinale
Kiri kanan dari cerviks setinggi ostium uteri internum ke dinding panggul. Menghalangi pergerakan ke kiri atau ke kanan.

e.       Ligamentum sacro uterinum
Kiri kanan dari cerviks sebelah belakang ke sacrum mengelilingi rectum.

f.       Ligamentum vesico uterinum
Dari uterus ke kandung kencing





























Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan palpasi untuk meraba dimana TFU-nya :
No.
Waktu Involusi
Tinggi Fundus Uteri
Berat Uterus
Diameter Uterus
Palpasi Serviks
1.

2.


3.


4.


5.

6.
Bayi Lahir

Plasenta lahir


1 Minggu


2 Minggu


6 Minggu

8 Minggu
Setinggi Pusat

Dua jari bawah pusat

Pertengahan pusat-simfisis

Tidak teraba di atas Simfisis

Bertambah kecil

Sebesar normal
1000 gram

750 gram


500 gram


350 gram


50 gram

30 gram
12,5 cm

12,5 cm


7,5 cm


5 cm


2,5 cm
Lunak

Lunak


2 cm


1 cm


menyempit








Perubahan ini berhubungan erat dengan perubahan miometrium yang bersifat proteolisis.
Dibawah ini dapat dilihat perubahan tinggi fundus uteri  pada masa nifas. 











Lapisan otot polos uterus di sebelah dalam berbentuk sirkular dan disebelah luar berbentuk longitudinal. Di antara kedua lapisan itu terdapat lapisan otot oblik, berbentuk anyaman. Lapisan ini paling penting dalam persalinan oleh karena sesudah plasenta lahir, otot lapisan ini berkontraksi kuat dan menjepit pembuluh-pembuluh darah yang terbuka ditempat itu, sehingga perdarahan berhenti (sarwono,ilmu kebidanan hal 122).
Involusi uterus terjadi melalui 3 proses yang bersamaan, antara lain :
a.       Autolisis
Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot uteri. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan 5 kali lebarnya dari sebelum hamil. Sitoplasma sel yang berlebihan tercerna sendiri sehingga tertinggal jaringan fibro elastic dalam jumlah renik sebagai bukti kehamilan.

b.      Atrofi jaringan
Atrofi adalah pengecilan atau penyusutan jaringan otot atau jaringan saraf. Jaringan yang berproliferasi dengan adanya estrogen dalam jumlah besar, kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap penghentian produksi estrogen yang menyertai elepasan plasenta. Selain perubahan atrofi pada otot-otot uterus, lapisan desidua akan mengalami atrofi dan terlepas dengan meninggalkan basal yang akan beregenerasi menjadi endometrium yang baru. Endometrium adalah lapisan epitel yang melapisi rongga rahim.

c.       Efek oksitosin (kontraksi)
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin yang sangat besar. Hormon oksitosin yang yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengompresi pembuluh darah dan membantu proses hemostatis. Kontraksi dan retraksi otot uterin akan mengurangi suplai darah ke uterus. Proses ini akan membantu mengurangi bekas luka tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan. Luka bekas perlekatan plasenta memerlukan waktu 8 minggu untuk sembuh total.
Selama 1 sampai 2 jam pertama postpartum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi teratur. Karena itu penting sekali menjaga dan mempertahankan kontraksi uterus pada masa ini. Suntikan oksitosin biasanya diberikan secara intravena atau intramuskuler segera setelah kepala bayi lahir. Pemberian ASI segera setelah bayi lahir akan merangsang pelepasan oksitosin karena isapan bayi pada payudara.



2.      Lokhea
Dengan adanya involusi uterus, maka lapisan luar dari desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi necrotic (layu/mati). Desidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan. Campuran antara darah dan desidua tersebut dinamakan lokia, yang biasanya berwarna merah muda atau putih pucat.
Lokhea adalah ekskresi cairan dalam rahim selama masa nifas. Lokhea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus. Lokhea mempunyai reaksi basa / alkalis yang dapat membuat organism berkembang lebih cepat dari pada kondisi asama yang ada pada vagina normal. Lokhea berbau amis atau anyir dengan volume yang berbeda-beda pada setiap wanita. Lokhea yang berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi, lokhea mempunyai perubahan warna dan volume karena adanya proses involusi.
Pengeluaran lokia dapat dibagi berdasarkan waktu dan warnanya, seperti pada tabel berikut ini:
Lokia
Waktu
Warna
Ciri-ciri
Rubra
1-3 hari
Merah kehitaman
Terdiri dari sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekoneum dan sisa darah
Sanginolenta
3-7 hari
Putih bercampur merah
Sisa darah bercampur lendir
Serosa
7-14 hari
Kekuningan/ kecoklatan
Lebih sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi plasenta
Alba
>14 hari
Putih
Mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati.
Lokhea yang menetap pada awal periode post partum menunjukkan adanya tanda-tanda perdarahan sekunder yang mungkin disebabkan oleh tertinggalnya sisa atau selaput plasenta. Lokhea alba atau serosa yang berlanjut dapat menandakan adanya endometritis, terutama bila disertai dengan nyeri pada abdomen dan demam. Bila terjadi infeksi, akan keluar cairan nanah barbau busuk yang disebut dengan “lokhea purulenta”. Pengeluaran lokhea yang tidak lancer disebut dengan “lokhea statis”


Perlu diingat bahwa tidak semua perdarahan pervaginam pascapartum lain ialah laserasi vagina atau serviks yang tidak diperbaiki dan perdarahan bukan lokia.(Jurnal bidan diah, 11.46 pm)
LOKIA
BUKAN LOKIA
Lokia biasanya menetes dari muara vagina . Aliran darah tetap keluar dalam jumlah yang lebih besar saat uterus berkontraksi.
Apabila rabas darah menyembur dari vagina , kemungkinan terdapat robekan pada serviks , atau vagina selain dari lokia yang normal
Semburan lokia dapat terjadi akibat masasse pada uterus . Apabila lokia berwarna gelap , maka lokia sebelumnya terkumpul di dalam vagina yang relaksasi dan jumlahnya segera berkurang menjadi tetesan lokia berwarna merah terang ( pada puerpurium dini ).
Apabila jumlah darah berlebihan dan berwarna merah terang , suatu robekan dapat merupakan penyebab.

3.      Perubahan Pada Serviks







Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan . Delapan belas jam pasca partum serviks  memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke bentuk semula. Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap edematosa , tipis dan rapuh selama beberapa hari setelah ibu melahirkan . Ektoserviks ( bagian serviks yang menonjol ke vagina ) terlihat memar dan ada sedikit laserasi kecil – kondisi yang optimal untuk perkembangan infeksi. .(Jurnal bidan diah, 11.46 pm)
Perubahan yang terjadi pada serviks ialah bentuk serviks agak menganga seperti corong, segera setelah bayi lahir. Bentuk ini disebabkan oleh corpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara corpus dan serviks berbentuk semacam cincin
Serviks berwarna merah keitam-hitaman karena penuh dengan pembuluh darah.konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat laserasi atau perlukaan kecil. Karena robekan kecil yang terjadi selama berdilatasi maka serviks tidak akan pernah kembali lagi ke keadaan seperti sebelum  hamil.
Muara serviks yang berdilatasi sampai 10 cm sewaktu persalinan akan menutup secara perlahan dan bertahap. Setelah bayi lahir, tangan dapat masuk ke dalam rongga rahim. Setelah 2 jam, hanya dapat dimasuki 2-3 jari. Pada minggu ke 6 post partum, serviks sudah menutup kembali.
Muara serviks eksterna tidak akan berbentuk lingkaran seperti sebelum melahirkan , tetapi terlihat memanjang seperti suatu celah , sering disebut seperti mulut ikan .Laktasi menunda produksi estrogen yang mempengaruhi mucus dan mukosa. .(Jurnal bidan diah, 11.46 pm)

B.   Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi. Dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali, sementara labia menjadi lebih menonjol.
      Pada masa nifas, biasanya terdapat luka-luka jalan lahir. Luka pada vagina umumnya tidak seberapa luas dan akan sembuh secara perpriman (sembuh dengan sendirinya), kecuali apabila terdapat infeksi. Infeksi mungkin menyebabkan sellulitis yang dapat menjalar sampai terjadi sepsis.

C.   Perinium
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke 5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian tonusnya. Sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum hamil,






D.  Bagian Bekas Implantasi Plasenta
v  Bekas implantasi plasenta segera setelah plasenta lahir seluas 12 x 5 cm, permukaan kasar, dimana pembuluh darah besar bermuara.
v  Pada pembuluh darah terjadi pembentukan trombosis disamping pembuluh darah tertutup karena kontraksi otot rahim.
v  Bekas luka implantasi dengan cepat mengecil, pada minggu ke 2 sebesar 6-8 cm dan pada akhir masa nifas sebesar 2 cm.
v  Lapisan endometrium dilepaskan dalam bentuk jaringan nekrosis bersama dengan lokia.
v  Luka bekas implantasi plasenta akan sembuh karena pertumbuhan endometrium yang berasal dari tepi luka dan lapisan basalis endometrium.
v  Luka sembuh sempurna pada 6-8 minggu postpartum. (enyretna ambarwati,11.42pm)

E.   Sub Involusi (http://afifa08afa.blogspot.com : 2.00 am)
1.      Subinvolusi  uterus adalah kegagalan uterus untuk mengikuti pola normal involusi/ proses involusi rahim tidak berjalan sebagai semestinya sehingga proses pengecilan uterus terhambat. Subinvolusi merupakan istilah yang dipergunakan untuk menunjukan kemunduran yang terjadi pada setiap organ dan saluran reproduktif kadang lebih banyak mengarah secara spesifik pada kemunduran uterus yang mengarah keukurannya.
*      Tanda dan gejala
Fundus uteri letaknya tetap tinggi di dalam abdomen/pelvis dari yang seharusnya atau penurunan fundus uteri lambat  
·         Konsistensi utererus lembek
·          Pengeluaran lochea seringkali gagal berubah
·         Terdapat bekuan darah
·         Lochea berbau menyengat
·         Uterus tidak berkontraksi
·         Pucat, pusing dan tekanan darah rendah serta suhu tubuh tinggi
*      Penyebab
·         Terjadi infeksi pada miometrium
·         Terdapat sisa plasenta dan selaput plasenta di dalam uterus
·         Lochea rubra lebih dari 2 minggu postpartum dan pengeluarannya lebih banyak dari yang diperkirakan.
*      Terapi
·         Pemberian antibiotika
·         Pemberian uterotonika
·         Pemberian tablet Fe



2.      Subinvolusi tempat plasenta adalah kegagalan bekas  tempat implantasi untuk berubah
*      Tanda dan Gejala
·         Tempat implantasi masih meninggalkan  parut dan menonjol
·         Perdarahan
*      Penyebab
·         Tali pusat putus akibat dari traksi yang berlebihan
·         Inversio uteri sebagai akibat tarikan
·         Tidak ada regenerasi endometrium ditempat implantasi plasenta
·         Tidak ada pertumbuhan kelenjar endometrium

3.      Subinvolusi ligament adalah kegagalan ligamen  dan diafragma pelvis  fasia kembali seperti sedia kala
*      Tanda dan gejala
·         Ligamentum  rotundum masih kendor
·         Ligamen fasia dan jaringan penunjang serta alat genitalia masih kendor
*      Penyebab
·         Terlalu sering melahirkan
·         Faktor umur
·         Ligamen fasia dan jaringan penunjang serta alat genitalia sudah berkurang elastisitasnya.

4.      Subinvolusi Serviks adalah kegagalan serviks berubah kebentuk semula seperti sebelum hamil
*      Tanda dan gejala
·         Konsistensi serviks lembek
·         Perdarahan
*      Penyebab
·         Multi paritas
·         Terjadi ruptur saat persalinan
·         Lemahnya elastisitas serviks

5.      Subinvolusi Lochea adalah tidak ada perubahan pada konsistensi lochea.Seharusnya lochea berubah secara normal sesuai dengan fase dan lamanya postpartum, 
*      Tanda dan gejala
·         Perdarahan tidak sesuai dengan fase
·         Darah berbau menyengat
·         Perdarahan
·         Demam, menggigil

*      Penyebab
·         Bekuan darah pada serviks
·         Uterus tidak berkontraksi
·         Posisi ibu telentang sehingga menghambat darah nifas untuk keluar
·         Tidak mobilisasi
·         Robekan jalan lahir
·         Infeksi

6.      Subinvolusi Vulva dan Vagina adalah tidak kembalinya  bentuk dan konsistensi vulva dan vagina seperti semula setelah beberapa hari postpartus.
*      Tanda dan gejala
·         Vulva dan vagina kemerahan
·         Terlihat oedem
·         Konsistensi lembek
*      Penyebab
·         Elastisitas vulva dan vagina lemah
·         Infeksi
·         Terjadi robekan vulva dan vagina saat partus
·         Ekstrasi kuman

7.      Subinvolusi Perineum adalah tidak ada perubahan perineum setelah beberapa hari persalinan
*      Tanda dan gejala
·         Perineum terlihat kemerahan
·         Konsistensi lembek
·         Oedem
*      Penyebab
·         Tonus otot perineum sudah lemah
·          kurangnya elastisitas perineum
·         infeksi
·         pemotongan benang catgut terlalu pendek pada saat laseralisasi sehingga jahitan perineum putus.








2.2.2    Perubahan system pencernaan
Setelah persalinan biasanya iu akan mengalami konstipasi, karena pada waktu persalinan, alat pencernaan mengalami tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong.pengeluaran cairan berlebih pada waktu persalinan, kurangnya asupan cairan dan makanan, serta kurangnya aktivitas tubuh.
Supaya buang air besar kembali normal, dapat diatasi dengan diet tinggi serat, peningkatan asupan cairan dan ambulasi awal. Bila ini tidak berhasil, dalam 2 -3 hari dapat diberikan obat laksansia.
Selain konstipasi, ibu juga mengalami anoreksia akibat penurunan dari sekresi kelenjar pencernaan, dan mempengaruhi perubahan sekresi, serta penurunan kebutuhan kalori yang menyebabkan kurang nafsu makan.
Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan  pada sistem pencernaan, antara lain:
biasanya ibu merasa lapar sehingga diperbolehkan untuk mengkonsumsi makanan. Pemulihan nafsu makan diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar  progesteron menurun setelah melahirkan, asupan makanan juga  mengalami penurunan selama satu atau dua hari.

Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang singkat setelah  bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anastesia  bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal. 

ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini disebabkan tonus otot usus menurun selama proses  persalinan dan awal masa pascapartum, diare sebelum  persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan, dehidrasi,  hemoroid ataupun laserasi jalan lahir. Sistem pencernaan  pada masa nifas membutuhkan waktu untuk kembali normal. 

Beberapa cara agar ibu dapat buang air besar kembali teratur, antara lain:
v  Pemberian diet / makanan yang mengandung serat.
v  Pemberian cairan yang cukup.
v  Pengetahuan tentang perawatan luka jalan lahir.
v  Bila usaha di atas tidak berhasil dapat dilakukan pemberian huknah atau obat yang lain

2.2.3    Perubahan Sistem Perkemihan
Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama. Kemungkinan penyebab dari keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter dan edema leher kandung kemih sesudah bagian ini mengalami kompresi (tekanan) antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan berlangsung.
Urine dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam 12-36 jam post partum. Kadar hormone estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok. Uterus yang berdilatasi akan kembali normal dalam 6 minggu.

2.2.4    Perubahan Sistem Muskuloskeletal
sistem muskuloskeletal mengalami perubahan selama periode postpartum. Relaxin adalah hormon yang bertanggung jawab untuk relaksasi dari ligamen dan sendi panggul selama kehamilan. Setelah melahirkan, tingkat relaksin mereda dan ligamen panggul dan sendi kembali ke pra-hamil negara mereka. Namun, sendi kaki tetap diubah dan banyak klien melihat peningkatan permanen dalam ukuran sepatu
ligament-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum menjadi kendor. Tidak jarang pula wanita mengeluh “kandungannya turun” setel melahirkan karena ligament, fasia, jaringan penunjang alat genetalia menjadi kendor. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.
            Sebagai akibat putusnyaserat-serat elastic kulit dan distensi yang berlangsung lama akibat besarnya uterus pada waktu hamil, dinding abdomen masih agak lunak dan kendor untuk sementara waktu. Untuk memulihkan kembalijaringan-jaringan penunjang alat genetalia,serta otot=otot dinding perut dan dasar panggul,dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan tertentu. Pada 2 hari post partum, sudah dapat fisioterapi.










2.2.5    Perubahan Sistem Endokrin

1.      Hormone plasenta
Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan, HCG menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke 7 post partum, dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke 3 post partum.

2.      Hormone pituitary
Prolaktin darah akan meningkat dengan cepat. Pada wanita yang tidak menyusui, prlaktin akan menurun dalam waktu 2 minggu. FSH  dan LH akan meningkat pada fase konsentrasi folikuler (minggu ke 3) dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.

3.      Hypotalamik pituitary ovarium
Lamanya seorang wanita mendapa menstruasi juga dipengaruhi oleh factor menyusui. Seringkali menstruasi pertama ini bersifat anovulasi karena rendahnya kadar estrogen dan progesterone. Di antara wanita laktasi sekitar 15 % memperoleh menstruasi selama 6 minggu dan 45% setelah 12 minggu dan 90% setelah 24 minggu. Untuk wanita laktasi 80% menstruasi pertama anovulasi dan untuk wanita yang tidak laktasi 50% siklus pertama anovulasi.

4.      Kadar estrogen
Setelah persalinan, terjadi penurunan kadar estrogen yang bermakna sehingga aktivitas prolaktin yang juga sedang meningkat dapat mempengaruhi kelenjar mamae dalam menghasilkan ASI.

Sistem endokrin mempunyai lima fungsi umum :
Ø  Membedakan sistem saraf dan sistem reproduktif pada janin yang sedang berkembang.
Ø  Menstimulasi urutan perkembangan
Ø  Mengkoordinasi sistem reproduktif
Ø  Memelihara lingkungan internal optimal
Ø  Melakukan respons korektif dan adaptif ketika terjadi situasi darurat








Organ utama dari sistem endokrin adalah :
Ø  Hipotalamus
Ø  Kelenjar hipofise
Ø  Kelenjar tiroid
Ø  Kelenjar paratiroid
Ø  Pulau-pulau pankreas
Ø  Kelenjar adrenal
Ø  Skrotum
Ø  Indung telur


2.2.6    Perubahan Tanda Vital
1.      Suhu badan
Dalam 1 hari (24jam) post partum,suhu badan akan naik (37,50-380 C) diakibatkan karena kelelahan, kehilangan cairan dan kerja keras sewatu melahirkan. Pada hari ke 3 suhu badan akan naik karena adanya pembentukan ASI. Payudara menjadi bengkak, dan berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun, kemungkinan adanya infeksi pada endometrium (mastritis, tractus genetalis, atau system lain.).
Kita anggap nifas terganggu kalau ada demam lebih dari 38C pada 2 hari berturut-turut pada 10 hari yang pertama post partum,kecuali hari pertama dan suhu harus diambil sekurang-kurangnya 4X sehari.

2.      Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa adalah 60-80 kali per menit. Denyut nadi setelah melahirkan biasanya lebih cepat. Setiap denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit adalah abnormal dan menunjukkan kemungkinan adanya infeksi.
      Bradichardi umumnya ditemukan 6-8 jam pertama setelah persalinan. Bradichardi merupakan suatu konsekuensi peningkatan cardiac out put & stroke volume. Nadi kembali seperti keadaan sebelum hamil 3 bulan setelah persalinan. Nadi diantara 50-70x/ menit dianggap normal. Nadi yang cepat / > mungkin indikasi hipovolumia sekunder dari perdarahan. (dwiwijayanti :1.39)

3.      Pernapasan
Bila suhu dan nadi tidak normal maka pernapasan juga akan mengikutinya, kecuali bila ada gangguan khusus pada saluran pencernaan.

4.      Tekanan darah
Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan darah akan lebih rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada saat post partum dapat menandakan terjadinya pre eklamsi post partum.








































2.2.7    Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Selama kehamilan, volume darah normal digunakan untuk menampung aliran darah yang meningkat, yang diperlukan oleh plasenta dan pembuluh darah uteri. Penarikan kembali estrogen menyebabkan dieresis yang terjadi secara cepat sehingga mengurangi volume plasma kembali pada proporsi normal. Aliran ini terjadi dalam 2-4 jsm pertama setelah persalinan. Selama massa ini ibu mengeluarkan banyak sekali urin. Pada persalinan, vagina kehilangan darah sekitar 200-500 ml, sedangkan pada persalinan dengan SC, pengeluaran dua kali lipatnya, perubahan terdiri dari volume darah dan kadar Hmt (haematokrit).
Setelah persalinan shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu relative akan bertambah. Keadaan ini akan menyebabkan beban pada jantung dan akan menimbulkan decompensatio cordis pada pasien dengan vitum cardio. Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan tumbuhnya haemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sediakala. Umumnya, ini terjadi pada 3-5 hari post partum.

2.2.8    Perubahan Sistem Hematologi
Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma, serta factor-faktor pembekuan darah makin meningkat. Pada hari pertama post partum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun, tetapi darah akan mengental sehingga meningkatkan factor pembekuan darah. Leukositosis yang meningkat dengan jumlah sel darah putih dapat mencapai 15.000 selama proses melahirkan akan tetap tinggi dalam beberapa hari post partum. Jumlah sel darah tersebut masih tetap naik lagi sampai 25.000-30.000 tanpa adanya kondisi patologis jika mengalami persalinan lama.
Selama ke;ahiran dan post partum, teradi kehilangan darah sekitar 200-500 ml. penurunan volume dan peningkatan Hmt dan Hb pada hari ke 3 – 7 post partum, yang akan kembali normal dalam 4 – 5 minggu post partum.

Perubahan komponen darah
Pada masa nifas, terjadi perubahan komponen darah, misalnya jumlah sel darah putih akan bertambah banyak. Jumlah sel darah merah dan Hb akan berfluktuasi, namun dalam 1 minggu pasca persalinan biasanya semua akan kembali pada keadaan semula. Curah jantung atau jumlah darah yang dipompa oleh jantung akan tetap tinggi pada awal masa nifas dan dalam 2 minggu akan kembali pada keadaan semula.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar