Kamis, 13 November 2014

teknik pemberian obat



                         TEKNIK PEMBERIAN OBAT
Pemberian obat kepada pasien dapat dilakukan melalui beberapa cara di antaranya: oral, parenteral, rektal, vaginal, kulit, mata, telinga dan hidung, dengan menggunakan prinsip enam tepat yakni tepat nama pasien, tepat nama obat, tepat dosis obat, tepat cara pemberian, tepat waktu pemberian,  tepat pendokumentasian, pendekatan yang benar dan penjelasan tentang obat yang benar.

1.Pemberian Obat per Oral
Merupakan cara pemberian obat melalui mulut dengan tujuan mencegah, mengobati, mengurangi rasa sakit sesuai dengan efek terapi dari jenis obat.
Tujuan :
a.    Untuk memudahkan dalam pemberian
b.   Proses reabsorpsi lebih lambat sehingga bila timbul efek samping dari obat tersebut dapat segera diatasi.
c.    Menghindari pemberian obat yang menyebabkan nyeri
d.   Menghindari pemberian obat yang menyebabkan kerusakan kulit dan jaringan.

Alat dan Bahan:
1.   Baki yang berisi obat.
2.   Daftar buku obat/ catatan, jadual pemberian obat.
3.   Pemotong obat (jika diperlukan)
4.   Martil atau lumpang penggerus (bila diperlukan)
5.   Gelas pengukur (bila diperlukan)
6.   Gelas dan air minum
7.   Sedotan
8.   Sendok
9.   Pipet
10.         Spuit sesuai ukuran untuk mulut anak .
                                                   
Prosedur Kerja:
1.   Siapkan alat dan Cuci tangan.
2.   Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3.   Baca obat, dengan berprinsip tepat obat, tepat pasien, tepat dosis, tepat waktu dan tepat tempat. Tepat pendokumentasiannya
4.   Ambil obat sesuai dengan yang diperlukan. ( baca perintah pengobatan dan ambil yang diperlukan)
5.    Bantu untuk meminumkannya dengan cara:
a.   Apabila memberikan obat berbentuk tablet atau kapsul dari botol, maka tuangkan jumlah yang dibutuhkan ke dalam tutup botol dan pindahkan ke tempat obat. Jangan sentuh obat dengan tangan. Untuk obat berupa kapsul jangan dilepaskan pembungkusnya.
b.   Kaji kesulitan menelan, bila ada jadikan tablet dalam bentuk bubuk dan campur dengan minuman.
c.   Kaji denyut nadi dan tekanan darah sebelum pemberian obat yang membutuhkan pengkajian.
6.   Catat perubahan, reaksi terhadap pemberian, dan evaluasi respon terhadap obat dengan mencatat hasil pemberian obat.
7.   Cuci tangan.

2. Pemberian Obat Sublingual
Merupakan pemberian obat dengan cara meletakkan obat dibawah lidah sampai habis diabsorbsi ke dalam pembuluh darah.
Tujuan:
a.    Mencegah efek local dan sistemik
b.   Untuk memperoleh aksi kerja obat yang lebih cepat dibandingkan secara oral
c.    Untuk menghindari kerusakan obat oleh hepar.

Prosedur kerja :
Secara umum persiapan dan langkah pemberian sama dengan pemberian obat secara oral, yang perlu diperhatikan adalah klien perlu diberikan penjelasan untuk meletakkan obat dibawah lidah.
Keuntungan cara pemberian injeksi :
1.   Baik untuk obat – obat yang harus diabsropsi dalam bentuk aktif
2.   Absorbsi biasanya dapat ditentukan dengan tepat
3.   Takaran obat dapat ditentukan dengan tepat
4.   Tepat untuk keadaan pengobatan darurat
5.   Pasien yang tidak sadarkan diri dan tidak dapat bekerja sama atau menuruti petunjuk dokter
Kerugian :
1.   Membutuhkan keahlian, kalau tidak, maka dapat terjadi infeksi
2.   Dapat merusak kulit
3.   Timbul rasa sakit pada waktu diinjeksi
4.   Sukar bagi pasien untuk menjalankan injeksi diri sendiri
5.   Lebih mahal dan kurang aman bila dibandingkan cara oral
Catatan :
Demi keamanan pasien, perawat harus mempunyai pengetahuan yang memadai tentang cara pemberian obat secara parenteral termasuk cara menyiapkan, memberikan obat dan menggunakan teknik steril. Setelah jarum menembus kulit, muncul risiko infeksi.
Sebelum menyuntikkan sebuah obat, perawat harus mengetahui volume obat yang akan diberikan.

Pemberian Obat via Jaringan Intrakutan
Merupakan cara memberikan atau memasukkan obat ke dalam jaringan kulit dengan tujuan untuk melakukan tes terhadap reaksi alergi jenis obat yang akan digunakan. Pemberian obat melalui jaringan intrakutan ini dilakukan di bawah dermis atau epidermis, secara umum dilakukan pada daerah lengan tangan bagian ventral.

Tempat injeksi :
1.   Lengan bawah bagian dalam
2.   Dada bagian atas
3.   Punggung dibawah scapula

Alat dan Bahan:
1.   Daftar buku obat/catatan, jadual pemberian obat.
2.   Obat dalam tempatnya.
3.   Spuit 1 cc/spuit insulin.
4.   Kapas alkohol dalam tempatnya.
5.        Cairan pelarut.
6.        Bak stcril dilapisi kas steril (tempat spuit).
7.   Bengkok.
8.   Perlak dan alasnya.
9.   Sarung tangan

Prosedur Kerja:
1.   Cuci tangan.
2.   Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3.   Bebaskan daerah yang akan disuntik, bila menggunakan baju lengan panjang buka dan ke ataskan.
4.   Pasang perlak/pengalas di bawah bagian yang disuntik.
5.  Ambil obat untuk tes alergi kemudian larutkan/encerkan dengan aquades (cairan pelarut) kemudian ambil 0,5 cc dan encerkan lagi sampai kurang lebih 1 cc, dan siapkan pada bak injeksi atau steril.
6.  Pasang sarung
7.   Desinfeksi dengan kapas alkohol pada daerah yang akan dilakukan suntikan.
8.   Tegangkan dengan tangan kiri atau daerah yang akan;disuntik.
9.   Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan sudut 15-20 derajat dari permukaan kulit.
10.         Semprotkan obat hingga terjadi gelembung.
11.         Tarik spuit dan tidak boleh dilakukan masase. Diberi tanda lingkaran 1-2cm
12.         Catat reaksi pemberian.
13.         Cuci tangan dan catat hasil pemberian obat/test obat, tanggal waktu dan jenis obat.


Pemberian Obat via Jaringan Subkutan
Merupakan cara memberikan obat melalui suntikan dibawah kulit yang dapat dilakukan pada daerah lengan atas sebelah luar atau 1/3 bagian dari bahu, paha sebelah luar, daerah dada, dan daerah sekitar umbilikus (abdomen). Pemberian obat melalui jaringan subkutan ini pada umumnya dilakukan dalam program pemberian insulin yang digunakan untuk mengontrol kadar gula darah. Pemberian insulin tcrdapat dua tipe larutan, yaitu jernih dan keruh. Larutan jernih atau juga dimaksudkan sebagai insulin tipe reaksi cepat (insulin reguler) dan larutan yang keruh karena adanya penambahan protein sehingga memperlambat absorpsi obat atau juga termasuk tipe lambat.

Alat dan Bahan:
1.     Daftar buku obat/catatan, jadual pemberian
2.     Obat dalam tempatnya.
3.     Spuit sesuai kebutuhan missal spuit insulin untuk obat insulin
4.     Kapas alkohol dalam tempatnya.
5.     Cairan pelarut.
6.     Bak injeksi .
7.     Bengkok.
8.     Perlak dan alasnya.
9.     Sarung tangan.

Prosedur Kerja:
1.     Cuci tangan.
2.     Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3.     Bebaskan daerah yang disuntik atau dari pakaian. Apabila menggunakan baju maka buka atau ke ataskan
4.     Tentukan daerah yang akan diinjeksi dengan cara pertama menarik garis dari prosesesus acromion ke siku dibagi 3 maka daerah injeksi adlah 1/3 bagian atas (pada muskulus deltoideus).
5.     Ambil obat dalam tempatnya sesuai dengan dosis yang akan diberikan setelah itu tempatkan pada bak injeksi.
6.     Desinfeksi dengan kapas alkohol
7.     Tegangkan dengan tangan kiri (daerah yang akan dilakukan suntikan subkutan).
8.     Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan sudut 45 derajat dari permukaan kulit.
9.     Lakukan aspirasi, bila tidak ada darah semprotkan obat perlahan-lahan hingga habis.
10.         Tarik spuit dan tahan dengan kapas alkohol dan spuit yang telah dipakai masukkan ke dalam bengkok.
11.         Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu pemberian, dan jenis/dosis obat.
12.         Cuci tangan.
13.         alat –alat dibereskan.






Pemberian Obat Intravena Langsung
Cara memberikan obat melalui vena secara langsung, di antaranya vena mediana cubiti/cephalika (lengan), vena saphenous (tungkai), vena jugularis (leher), vena frontalis/temporalis (kepala), yang bertujuan agar reaksi cepat dan langsung
masuk pada pembuluh darah.

Alat dan Bahan:
1. Daftar buku obat/catatan, jadual pemberian obat.
2. Obat dalam tempatnya.
3. Spuit sesuai dengan jenis ukuran. 4. Kapas alkohol (swab) dalam tempatnya.
5. Cairan pelarut.
6. Bak injeksi.
7. Bengkok (nierbekken).
8. Perlak dan alasnya.
9. Karet pembendung (torniquet).
10 Sarung tangan.

Prosedur Kerja:
1.   Cuci tangan.
2.     Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3.     Bebaskan daerah yang disuntik dengan cara membebaskan daerah yang akan dilakukan penyuntikan dari pakaian dan apabila tertutup, buka atau ke ataskan.
4.     Ambil obat dalam tempatnya dengan spuit sesuai dengan dosis yang akan diberikan. Apabila obat berada dalam bentuk sediaan bubuk, maka larutkan dengan pelarut (aquades steril).
5.     Pasang perlak atau pengalas di bawah vena yang akan dilakukan penyuntikan.
6.     Kemudian tempatkan obat yang telah diambil pada bak injeksi.
7.     Desinfeksi dengan kapas alkohol.
8.     Lakukan pengikatan dengan karet pembendung (torniquet) pada bagian atas daerah yang akan dilakukan pemberian obat atau tegangkan dengan tangan/minta bantuan atau membendung di atas vena yang akan dilakukan penyuntikan. Dan pasang sarung tangan.
9.     Ambil spuit yang berisi obat.
10.         Lakukan penusukkan dengan lubang Jarum menghadap ke atas dengan memasukkan ke pembuluh darah.
11.         Lakukan aspirasi bila sudah ada darah lepaskan karet pembendung dan langsung semprotkan obat hingga habis.
12.         Setelah selesai ambil spuit dengan menarik dan lakukan penekanan pada daerah penusukkan dengan kapas alkohol, dan spuit yang telah digunakan letakkan ke dalam bengkok.
13.         Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu, dan dosis pemberian obat.
14.         Cuci tangan.




Pemberian Obat Intravena Tidak Langsung (via Wadah)
Merupakan cara memberikan obat dengan menambahkan atau memasukkan obat ke dalam wadah cairan intravena yang bertujuan untuk meminimalkan efek samping dan mempertahankan kadar terapetik dalam darah.

Alat dan Bahan:
1.   Spuit dan jarum sesuai dengan ukuran.
2.   Obat dalam tempatnya.
3.   Wadah cairan (kantong/botol).
4.   Kapas alkohol.

Prosedur Kerja:
1.     Cuci tangan.
2.     Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3.     Periksa identitas pasien dan ambil obat kemudian masukkan ke dalam spuit.
4.     Cari tempat penyuntikan obat pada daerah kantong.
5.     Lakukan desinfeksi dengan kapas alkohol dan stop aliran.
6.     Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit hingga menembus bagian tengah dan masukkan obat perlahan-lahan ke dalam kantong/wadah cairan.
7.     Setelah selesai tarik spuit dan campur larutan dengan membalikkan kantong cairan dengan perlahan-lahan dari satu ujung ke ujung lain.
8.     Periksa kecepatan infus.
9.     Cuci tangan.
10.         Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu, dan dosis pemberian obat.

Pemberian Obat Intravena Melalui Selang
Alat dan Bahan:
1.   Spuit dan jarum sesuai dengan uicuran.
2.   Obat dalam tempatnya.
3.   Selang intravena.
4.   Kapas alkohol.

Prosedur Kerja:
1.     Cuci tangan.
2.     Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3.     Periksa identitas pasien dan ambil obat kemudian masukkan ke dalam spuit.
4.     Cari tempat penyuntikan obat pada daerah selang intra vena.
5.     Lakukan desinfeksi dengan kapas alkohol dan stop aliran.
6.     Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit hingga menembus bagian tengah dan masukkan obat perlahan-lahan ke dalam selang intra vena.
7.     Setelah selesai tarik spuit.
8.     Periksa kecepatan infus dan obscrvasi reaksi obat.
9.     Cuci tangan.



Pemberian Obat per Intramuskular
Merupakan cara memasukkan obat ke dalam jaringan otot. Lokasi penyuntikan dapat pada daerah paha (vastus lateralis), ventrogluteal (dengan posisi berbaring), dorsogluteal (posisi tengkurap), atau lengan atas (deltoid). Tujuannya agar absorpsi obat lebih cepat.

Alat dan Bahan:
1.   Daftar buku obat/catatan, jadual pemberian obat.
2.   Obat dalam tempatnya.
3.   Spuit sesuai dengan ukuran, jarum sesuai dengan ukuran: dewasa panjang 2,5 - 3,75 cm, anak panjang 1,25 - 2,5 cm.
4.   Kapas alkohol dalam tempatnya.
5.   Cairan pelarut.
6.   Bak injeksi.
7.   Bengkok.
8.   Sarung tangan
9.   Perlak dengan alasnya

Prosedur Kerja:
1.     Cuci tangan.
2.     Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3.     Ambil obat kemudian masukkan kedalam spuit sesuai dengan dosis setelah itu letakkan pada bak injeksi.
4.     Periksa tempat yang akan dilakukan penyuntikan (lihat lokasi penyuntikan)
5.     Contoh untuk daerah bokong. Dengan cara menarik garis dari sipina iliaka anterior superior ( S I AS ) ke koksigeus dibagi tiga  daerah lokasi injeksi adalah 1/3 bagian atas (pd m. Dorsogluteal / m .gluteus maximus )
6.     Kalau daerah paha ditarik dari tro chanter mayor ke patella dibagi 3 daerah injeksi 1/ 3 bagian bawah lateral. Pd m. vastus lateralis dan m. quadrisep pemoris.
7.     Kalau pada lengan atas  1/3 bagian atas pd m. deltoideus.
8.     Desinfeksi dengan kapas alkohol pada tempat yang akan dilakukan penyuntikan.
9.     Lakukan penyuntikan:
a. Pada daerah paha (vastus lateralis) dengan cara anjurkan pasien untuk berbaring telentang dengan lutut sedikit fleksi.
b.Pada ventrogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk miring, tengkurap atau telentang dengan lutut dan pinggul pada sisi yang akan dilakukan penyuntikan dalam keadaan fleksi.
c.Pada daerah dorsogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk tengkurap dengan lutut di putar ke arah dalam atau miring dengan lutut bagian atas dan pinggul fleksi dan diletakkan di depan tungkai bawah.
d. Pada daerah deltoid (lengan atas) dengan cara anjurkan pasien untuk duduk atau berbaring mendatar lengan atas fleksi.
7. Lakukan penusukan dengan posisi jarum tegak lurus ( 90 derajat).
8. Setelah jarum masuk lakukan aspirasi spuit bila tidak ada darah semprotkan obat secara perlahan-lahan hingga habis.
9. Setelah selesai ambil spuit dengan menarik spuit dan tekan daerah penyuntikan dengan kapas alkohol, kemudian spuit yang telah digunakan letakkan pada bengkok.
10.Catat reaksi pemberian, jumlah dosis, dan waktu pemberian.
11.Cuci tangan.


Pemberian Obat via Anus/Rektum
Merupakan cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui anus atau rektum,dengan tujuan memberikan efek lokal dan sistemik. Tindakan pcngobatan ini disebut pemberian obat suppositoria yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat, menjadikan lunak pada daerah feses clan merangsang buang air besar.
Contoh pemberian obat yang memiliki efek lokal seperti obat dulcolac supositoria yang berfungsi secara lokal untuk meningkatkan defekasi dan contoh efek sistemik pada obat aminofilin suppositoria dengan berfungsi mendilatasi bronkus. Pemberian obat supositoria ini diberikan tepat pada dinding rektal yang melewati sfingter ani interna. Kontra indikasi pada pasien yang mengalami pembedahan rektal.

Alat dar. Bahan:
1. Obat suppositoria dalam tempatnya.
2. Sarung tangan.
3. Kain kasa.
4. Vaselin/pelicin/pelumas.
5. Kertas tisu.

Prosedur Kerja:
1.   Cuci tangan.
2.  Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3.   Gunakan sarung tangan.
4.   Buka nembungkus obat dan pegang dengan kain kasa.
5.  Oleskan ujung pada obat suppositoria dengan pelicin.
6.  Regangkan glutca dengarn tangan kiri, kemudian masukkan suppositoria dengan perlahan melalui anus, sfingter anal interna dan mengenai dinding rektal kurang lebih 10 cm pada orang dewasa, 5 cm pada bayi atau anak.
7.   Setelah selesai tarik jari tangan dan bersihkan daerah sekitar anal dengan tisu.
8.  Anjurkan pasien untuk tetap berbaring telentang atau miring selama kurang lcbih 5 menit.
9.  Setelah selesai lepaskan sarung tangan ke dalam bengkok.
10.     Cuci tangan.
11.     Catat obat, jumlah dosis, dan cara pemberian.


Peinberian Obat per Vagina
Merupakan cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui vagina, yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat dan mengobati saluran vagina atau serviks. Obat ini tersedia dalam bentuk krim dan suppositoria yang digunakan untuk mengobati infeksi lokal.

Alat dan Bahan:
1.     Obat dalam tempatnya.
2.    Sarung tangan.
3.     Kain kasa.
4.    Kertas tisu.
5.    Kapas sublimat dalam tempatnya.
6.    Pengalas.
7.     Korentang dalam tempatnya.

Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2.    Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Gunakan sarung tangan.
4.    Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa.
5. Bersihkan sekitar alat kelamin dengan kapas sublimat.
6. Anjurkan pasien tidur dalam posisi dorsal recumbert.
7.  Apabila jenis obat suppositoria maka buka pembungkus dan berikan pelumas pada obat.
8. Regangkan labia minora dengan tangan kiri dan masukkan obat sepanjang dinding kanal vaginal posterior sampai 7,5-10 cm.
9.    Setelah obat masuk, bersihkan daerah sekitar orifisium dan labia dengan tisu.
10. Anjurkan untuk tetap dalam posisi kurang lebih 10 menit agar obat  bereaksi.
11.   Cuci tiangan.
12. Catat jumlah, dosis, waktu, dan cara pemberian.

Catatan: apabila menggunakan obat jenis krim, isi aplikator krim atau ikuti petunjuk krim yang tertera pada kemasan, renggangkan lipatan labia dan masukkan aplikator kurang lebih 7,5 cm dan dorong penarik aplikator untuk mengeluarkan obat dan lanjutkan sesuai langkah nomor 8,9, 10,11.


Pemberian Obat pada Kulit
Merupakan cara memberikan obat pada kulit dengan mengoleskan bertujuan mempertahankan hidrasi, melindungi permukaan kulit, mengurangi iritasi kulit, atau mengatasi infeksi. Pemberian obat kulit dapat bermacam-macam seperti krim, losion, aerosol, dan sprei.

Alat dan Bahan:
1. Obat dalam tempatnya (seperti losion, krim,aerosol, sprei).
2. Pinset anatomis.
3. Kain kasa.
4. Kertas tisu.
5. Balutan.
6. Pengalas.
7. Air sabun, air hangat.
8. Sarung tangan.

Prosedur Keija:
1.     Cuci tangan.
2.     Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3.     Pasang pengalas di bawah daerah yang akan dilakukan tindakan.
4.     Gunakan sarung tangan.
5.     Bersihkan daerah yang akan diberi obat dengan air hangat (apabila terdapat kulit mengeras) dan gunakan pinset anatomis.
6.     Berikan obat sesuai dengan indikasi dan cara pemakaian seperti mengoleskan, mengompres.
7. Kalau perlu tutup dengan kain kasa atau balutan pada daerah diobati.
8. Cuci tangan.

Pemberian Obat pada Mata
Cara memberikan obat pada mata dengan tetes mata atau salep mata obat tetes mata digunakan untuk persiapan pemeriksaan struktur internal mata dengan cara mendilatasi pupil, untuk pengukuran refraksi lensa dengan cara melemahkan otot lensa, kemudian juga dapat digunakan untuk menghilangkan iritasi mata.

Alat dan Bahan:
1.     Obat dalam tempatnya dengan penetes steril atau berupa salep.
2.     Pipet.
3.     Pinset anatomi dalam tempatnya
4.     Korentang dalam tempatnya
5.     Plester
6.     Kain kasa
7.     Kertas tisu
8.     Balutan
9.     Sarung tangan
10.         Air hangat / kapas pembalut

Prosedur Kerja
2.     Cuci tangan.
3.     Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
4.     Atur posisi pasien dengan kepala menegadah dengan posisi perawat di samping kanan.
5.     Gunakan sarung tangan.
6.     Berseihkan daerah kelopak dan bulu mata dengan kapas lembab dari sudut mata ke arah hidung, apabila sangat kotor basuh dengan air hangat.
7.     Buka mata dengan menekan perlahan-lahan bagian bawah dengan ibu jari, jari telunjuk di atas tulang orbita.
8.     Teteskan obat mata di atas sakus konjungtiva. Setelah tetesan selesai sesuai denan dosis, anjurkan pasien untuk menutup mata dengan perlahan-lahan, apabila menggunakan obat tetes mata.
9.     Apabila obat mata jenis salep pegang aplikator salep diatas penggir kelopak mata kemudian pencet tube sehingga obat keluar dan berikan obat pada kelopak mata bawah. Setelah selesai, anjurkan pasien untuk melihat kebawah, secara bergantian dan berikan obat pada kelopak mata bagian atas dan biarkan pasien untuk memejamkan mata dan menggerakan kelopak mata.
10.         Tutup mata dengan kasa bila perlu.
11.         Cuci tangan.
12.         Catat obat, jumlah, waktu, dan tempat pemberian.


Pemberian Obat pada Telinga
Cara memberikan obat pada telinga dengan tetes telinga atau salep. Obat tetes telinga ini pada umumnya diberikan pada gangguan infeksi telinga khususnya pada telinga tengah (otitis media), dapat berupa obat antibiotik.

Alat dan Bahan:
1.   Obat dalam tempatnya.
2.   Penetes.
3.   Spekulum telinga.
4.   Pinset anatomi dalam tempatnya.
5.   Korentang dalam tempatnya.
6.   Plester.
7.   Kain kasa.
8.   Kertas tisu.
9.   Balutan.

Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2.    Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3.  Atur posisi pasien dengan kepala miring ke kanan atau ke kiri sesuai dengan daerah yang akan diobati, usahakan agar lubang telinga pasien ke atas.
4. Luruskan lubang telinga dengan menarik daun telinga ke atas/ke belakang  (pada orang dewasa), ke bawah pada anak.
5.    Apabila obat berupa tetes, maka teteskan obat pada dinding saluran untuk mencegah terhalang oleh gelembung udara dengan jumlah tetesan sesuai dengan dosis.
6.    Apabila berupa salep maka ambil kapas lidi dan oleskan salep kemudian masukkan atau oleskan pada liang telinga.
7. Pertahankan posisi kepala kurang lebih 2-3 menit.
8. Tutup telinga dengan pembalut dan plester kalau perlu.
9.  Cuci tangan.
10.   Catat, jumlah, tanggal, dan dosis pemberian.


Pemberian Obat pada Hidung
Cara memberikan obat pada hidung dengan tetes hidung yang dapat dilakukan pada seseorang dengan keradangan hidung (rhinitis) atau nasofaring.

Alat dan Bahan:
1. Obat dalam tempatnya.
2. Pipet.
3. Spekulum hidung.
4. Pinset anatomi dalam tempatnya.
5. Korentang dalam tempatnya.
6. Plester.
7. Kain kasa.
8. Kertas tisu.
9. Balutan .

Prosedur Kerja :
1.   Cuci tangan
2.   Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3.   Atur posisi pasien dengan cara :
a.    Duduk di kursi dengan kepala menegadah kebelakang.
b.   Berbaring dengan kepala ekstensi pada tepi tempat tidur.
c.    Berbaring dengan bantal dibawah bahu dan kepala tengadah ke belakang
4.   Berikan tetesan obat pada tiap lubang hidung ( sesuai dengan dosisi ).
5.   Pertahankan posisi kepala tetap tengadah ke belakang selama 5 menit.
6.   Cuci tangan
7.   Catat, cara, tanggal, dan dosisi pemberian obat.

MANAJEMEN NYERI
Ada beberapa cara untuk mengatasi nyeri yang dapat dilaksanakan oleh bidan, diantaranya:
1.   Mengurangi faktor yang dapat menambah nyeri misalnya ketidak percayaan, kesalah pahaman, ketakutan, kelelahan, dan kebosanan.
a.    Ketidak percayaan
Pengakuan bidan akan rasa nyeri yang diderita pasien dapat mengurangi nyeri. Hal ini dapat dilakukan melalui pernyataan verbal, mendengarkan dengan penuh perhatian mengenai keluhan nyeri pasien, dan mengatakan kepada pasien bahwa bidan mengkaji rasa nyeri pasien agar dapat lebih memahami tentang nyerinya.

b.   Kesalah pahaman
Mengurangi kesalah pahaman pasien tentang nyerinya akan membantu mengurangi nyeri. Hal ini dilakukan dengan memberitahu pasien bahwa nyeri yang dialami sangat individual dan hanya pasien yang tahu secara pasti tentang nyerinya.

c.    Ketakutan
Memberikan informasiyang tepat dapat membantu mengurangi ketakutan pasien dengan menganjurkan pasien untuk mengekspresikan bagaimana mereka menangani nyeri.

d.         Kelelahan
Kelelahan dapat memperberat nyeri. Untuk mengatasinya, kembangkan pola aktivitas yang dapat memberikan istirahat yang cukup.


e.  Kebosanan
Kebosanan dapat meningkatkan rasa nyeri. Untuk mengurangi nyeri dapat digunakan pengalih perhatian yang bersifat terapetik. Beberapa teknik pengalih perhatian adalah bernapas peian dan berirama, memijat secara perlahan, menyanyi berirama, aktif mendengarkan musik, membayangkan hal-hal yang menyenangkan dan sebaginya.

2. Memodifikasi stimulus nyeri dengan menggunakan teknik-teknik, seperti: Teknik Latihan Pengalihan
a. Menonton televisi
b. Berbincang-bincang dengan orang lain.
c. Mendengarkan musik.

Teknik Relaksasi
a.    Menganjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan mengisi paru­paru dengan udara, mengehembuskannya secara perlahan, melemaskan otot-otot tangan, kaki, perut, dan punggung, serta mengulangi hal yang sama sambil terus berkonsentrasi hingga pasien merasa nyaman, tenang dan rileks.

Stimulasi Kulit
a. Menggosok dengan halus pada daerah nyeri.
b. Mengosok punggung.
c. Menggunakan air hangat dan dingin.
d. Memijat dengan air mengalir.

3.     Pemberian obat analgesik
Pemberian obat analgesik dilakukan guna mengganggu atau memblok transmisi stimulus nyeri agar terjadi perubahan persepsi dengan cara mengurangi kortikal terhadap nyeri. Jenis analgesiknya adalah narkotika dan bukan narkotika, Jenis narkotika digunakan untuk menurunkan tekanan darah dan menimbulkan depresi pada fungsi vital, seperti respirasi. Jenis bukan narkotik yang paling banyak dikenal di masyarakat adalah aspirin, asetaminofen dan bahan antiinflamasi nonsteroid. Golongan aspirin (asetysalicylic acid) digunakan untuk memblok rangsangan pada sentral dan perifer kemungkinan menghambat sintesis prostaglandin yang memiliki khasiat setelah 15 menit sampai 20 menit dan memuncak 1-2 jam. Aspirin juga menghambat agregasi trombosit dan antagonis lemah terhadap vitamin K, sehingga dapat meningkatkan waktu perdarahan dan protrombin bila diberikan dalam dosis yang tinggi. Golongan asetaminofen sama seperti aspirin akan tetapi tidak menimbulkan perubahan kadar protombin (Ian jenis nonsteroid anti inflarnantory drug (NSAID) juga dapat menghambat prostaglandin dan dosis rendah dapat berfungsi sebagai analgesik. Kelompok obat ini meliputi ibuprofen, mefenamic acid, fenoprofen, naprofen, zomepirac dan lain-lain.

Tabel 13.1
Jenis Obat Analgetik Narkotik

Nama generik
Nama dagang
Dosis
Cara pemberian
Serangan
Puncak
Berkasiat selama
Morphine sulfate
-
 5-20 mg                50-100 mg
Sc, Im
5-10
60
4-6 jam


Per 3-4 jam

Menit
menit

Codein sulfate
-
15-60 mg
Sc, Po
5-30
30-60
3-4 jam


Per 3-4 jam

Menit
Menit

Hydromorphone
Dilaudid
2-4 mg
Iv,Im,Sc,Po
5-15
1 jam
4-6 jam
hydrocloride

per 3-4 jam

Menit


Meperidine
Demeral
50-150 mg
Iv,Im,Sc,Po
10-15
30-60
2-4 jam
hydrocloride

  per 3-4 ja

Menit
menit

Methadone
Dolophine
2,5-10 mg
Im,Sc,Po
10 menit
1-2 jam
4-6 jam


per 3-4 jam




Pentazocine
Talwin
50-100
Po





per 3-4 jam







Keterangan:
Sc: Subcutan
Im: Intramuskular Iv : Intravena Yo: Po :Per oral
                            
4. Pemberian stimulator listrik, yaitu dengan memblok atau mengubah stimulus nyeri dengan stimulus yang kurang dirasakan. Bentuk stimulator metode stimulus listrik meliputi:
a. Transcutaneus electrical stimulator (TENS), yang digunakan untuk mengendalikan stimulus manual daerah nyeri tertentu dengan menempatkan beberapa elektrode di luar.
b. Percutaneus implanted spinal cord epidural stimulator merupakan alat stimulator sum-sum tulang belakang dan epidural yang diimplan di bawah kulit dengan transistor timah penerima, yang dimaksukkan ke dalam kulit pada daerah epidural dan columna vetebrae.
c. Stimulator columna vetebrae, sebuah stimulator dengan stimulus alat penerima transistor yang dicangkok melalui kantong kulit intraklavicula atau abdomen yakni elektroda yang ditanam dengan cara bedah pada dorsum sum-sum tulang belakang.

Terapi Kompres Hangat
Merupakan tindakan dengan memberikan kompres hangat yang bertujuan memenuhi kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau membebaskan nyeri, mengurangi atau mencegah terjadinya spasme otot, dan memberikan rasa hangat.

Alat atau Bahan:
1. Botol berisi air panas (suhu 46-51,5 derajat)/air hangat.
2. Termometer air.
3. Kain pembungkus.

Cara Kerja:
1.      Cuci tangan.
2.     Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3.     Isi botol dengan air panas.
4.     Tutup botol yang telah di isi air panas kemudian dikeringkan.
5.     Masukkan botol ke dalam kantong kain, atau bila menggunakan masukkan kain pada air hangat lalu diperas,
6.     Tempatkan botol/kain yang sudah diperas pada daerah yang dikompres
7.     Angkat botol setelah 20 merit, lalu isi lagi botol dan taruh pada daerah yang akan dikompres lagi.
8.     Catat perubahan yang terjadi selama tindakan.
9.     Cuci tangan.

Terapi Kompres Dingin
Merupakan tindakan dengan cara memberikan kompres dingin yang bertujuan memenuhi kebutuhan rasa nyaman, menurunkan suhu tubuh, mengurangi rasa nyeri, mencegah edema, dan mengontrol peredaran darah dengan meningkatkan vasokonstriksi.

Alat atau Lahan:
1. Termometer.
2. Air dingin.
3. Kain/kantong pelindung.
4. Kantong es atau sejenisnya.

Cara Kerja:
1.     Cuci tangan.
2.     Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3.     Ukur suhu tubuh.
4.     Asupan air dingin pada kantong es atau bila menggunakan kain asupan kain pada air dingin lalu diperas.
5.     Letakan kantong/kain pada daerah yang akan dikompres seperti pada daerah axila, pada daerah yang sakit.
6.     Catat perubahan yang terjadi selama tindakan.
7.     Cuci tangan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar